Jurgen Klopp: 99 Persen Pemain Liverpool Sudah Divaksin Covid-19

Jurgen Klopp menyatakan, "99 persen" pemain Liverpool sudah divaksinasi Covid-19 mengiringi ia menjelaskan mengapa dirinya sepenuhnya mendukung program terkandung.
Dalam sebuah pidato nan berapi-api jelang pertandingan Liga Primer Inggris lawan Manchester City, Minggu (3/10) malam WIB, Klopp membahas isu terkini seputar vaksinasi terdalam sepakbola, namun ia menegaskan para pemainnya tidak perlu diyakinkan untuk vaksinasi.
Menurut laporan ala pekan ini, sekadar ada tujuh klub Liga Primer yang menyandang skuad antara mana 50 persen pemainnya sudah melakukan vasinasi lengkap. Pihak penyelenggara liga bahkan menawarkan hadiah kepada klub yang memimpin paling dalam soal "kepatuhan terhadap Covid".
Ketika ditanya apakah dirinya mendukung vaksinasi, maka apakah dia memainkan peran jauh didalam meyakinkan para pemain menurut divaksinasi, mengingat sekarang ada dalih olahraga maka kesehatan universal, Klopp memberikan jawaban yang panjang.
"Saya pikir saya bisa mengatakan bahwa kami memiliki 99 persen pemain adapun sudah divaksinasi. Saya tidak perlu meyakinkan para pemain, itu lebih merupakan keputusan alami atas tim. Saya tidak ingat berbicara bersama pemain atau menjelaskan mengapa dia perlu melakukannya. Saya bukan dokter," ujar Klopp.
"Apa bahwa atas saya berikan, seperti bahwa saya lakukan jauh didalam berjibun situasi lain. Saya atas memberikan nasihat saya. Itu tidak perlu."
"Tapi, secara standar, sepertinya kita tidak blewat memberi nasihat kepada orang-orang. Dari mana saya mendapat pengetahuan yang secara saya meruyup akal secara mendapatkan vaksinasi? Saya menelpon dokter yang sudah saya kenal bertahun-tahun. Saya menelpon mereka bersama bertanya: 'Bagaimana secara Anda?' Begitulah cara saya bekerja; jika saya ingin mengetahui tentang sesuatu yang saya tidak ketahui, tanyakan pada spesialis."
"Itulah mengapa saya mengambil vaksinasi, karena saya berada jauh didalam kelompok usia dengan mana itu bisa dalam rumit, dan saya sangat senang bisa mendapatkannya."
"Mungkin cuma agak naif, tapi saya tidak mengerti kenapa kami tidak bbalasan memberi nasihat. Jadi, jika saya mengatakan: 'Saya divaksinasi', orang-orang berkata: 'Bagaimana Anda bisa memberiingat saya bahwa saya wajib divaksinasi? Saya bisa menjelaskannya sendiri."
"Ini bagaikan mengemudi sambil minum. Kita semua mungkin berada dalam situasi dempet mana kita minum satu atau dua bir, bersama berpikir kita masih bisa mengemudi. Tapi, undang-undang mengatakan kita tidak diijinkan mengemudi, jadi kami tidak melakukannya."
"Hukum tidak ada untuk melindungi saya. Itu untuk melindungi semua orang karena saya mabuk atau kesal beserta ingin mengendarai mobil. Dan, kami menerima itu bak hukum."
"Kita semua acuh alkohol buruk buat tubuh kita, tapi kita masih meminumnya. Vaksinasi, kami menganggap itu itu tidak berkenan membantu buat tujuh kita, meski sebagian hebat spesialis memberiacuh kami bahwa itu adalah solusi menjumpai situasi saat ini."
"Saya tidak mengambil vaksinasi menjumpai melindungi saya. Saya mengambilnya menjumpai melindungi semua orang hadapan sekitar saya. Dan, saya tidak mengerti mengapa itu batasan kebebasan. Karena jika ya, maka tidak bsebab minum bersama mengemudi adalah batasan kebebasan juga. Tapi, kita menerima itu."
"Kita tidak blewat berperkara kepada orang-orang apakah mereka divaksinasi, tapi saya diijinkan untuk berperkara kepada sopir taksi: 'Apakah Anda mabuk?' Dan, jika ia berkata: 'Saya tidak perlu memberimengerti Anda', saya pun berkata: 'Oke, saya tidak atas ikut lewat Anda'. Dan, jika saya muncul dempet kantor ekstra dalam kejadian mabuk, mereka bisa mengirim saya pulang atau memecat saya."
"Saya tidak memahaminya. Saya mendapat vaksinasi, ya karena saya khawatir tentang badan saya sendiri, tapi terlebih lagi tentang semua orang di sekitar saya."